F KELOMPOK STAKEHOLDERS - cakap retorika

KELOMPOK STAKEHOLDERS

 

KELOMPOK STAKEHOLDERS

 

 

POKOK BAHASAN

A.  Stakeholdes Utama

B.  Kelompk Stakeholders

C.  Pola Hubungan Stakeholders

D.  Jenis Stakeholders

E.   Mengenali Khalayak Sasaran

F.   Identifikasi Stakeholders

 

 

DESKRIPSI

Materi pada pertemuan ini berupa uraian tentang stakeholders utama disuatu organisasi, kelompok stakeholders, pola hubungan stakeholders, jenis stakeholders, mengenali khalayak sasaran dan identifikasi stakeholders

 

 

TUJUAN INSTRUKSIONAL

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mengerti serta mampu menjelaskan tentang stakeholders utama disuatu organisasi, kelompok stakeholders, pola hubungan stakeholders, jenis stakeholders, mengenali khalayak sasaran dan identifikasi stakeholders

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Freeman RE and Reed. 1983. Stockholders and Stakeholders: A New Perspective on Corporate Governance.

 

Utama, Sidharta 2010. Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan di Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

A.  Stakholder Utama CSR:  Pemerintah dan Perusahaan

Menurut Utama (2010), bahwa tanggung sosial jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap para stakeholders yang terkait dan/atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Dalam menetapkan dan menjalankan strategi bisnisnya, perusahaan yang menjalankan CSR akan memperhatikan dampaknya terhadap kondisi sosial dan lingkungan, dan berupaya agar memberikan dampak positif.

 Utama (2010) menyatakan bahwa pemerintah beserta segenap jajarannya perlu memahami konteks CSR, karena ada keterpaduan dengan program pemerintah. Bukan tidak mungkin bila pemahaman terhadap konsep ini tidak sejajar, maka kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak akan pernah sejalan dengan kebijakan dunia usaha. 

Perlunya pemerintah duduk bersama dengan pelaku usaha, untuk mengkomunikasikan apa yang dibutuhkan masyarakat secara bersama, memberikan gambaran rencana kerja pemerintah yang terkait dengan kepentingan publik. Dengan demikian ada komunikasi dua arah, sehingga kemungkinan adanya kerjasama antara pemerintah dengan perusahaan menjadi terbuka semakin lebar, sehingga tidak terjadi overlapping program antara pemerintah dan perusahaan.

 

B.  Kelompok Stakeholders

  Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu stakeholders dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok yaitu stakeholder primer, sekunder dan stakeholder kunci. Sebagai gambaran pengelompokan tersebut pada berbagai kebijakan, program, dan proyek pemerintah (publik) dapat kemukakan kelompok stakeholder seperti berikut:

1.             Stakeholder Utama (primer), Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan.

 

2.             Stakeholder Pendukung (sekunder), Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (consern) dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah.

 

3.             Stakeholder Kunci, Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legisltif, dan instansi. Misalnya, stakeholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek level daerah kabupaten.

 

 

 

 

 

C.  Pola Hubungan Stakeholders

Penjelasan mengenai pola hubungan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1.             Hubungan tidak aktif (inactive); perusahaan meyakini bahwa mereka dapat membuat keputusan secara sepihak tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap pihak lain.

 

2.             Hubungan yang reaktif (reactive); perusahaan cenderung bersifat mempertahankan diri (defensif), dan hanya bertindak ketika dipaksa untuk melakukannya.

 

3.             Hubungan yang proaktif (proactive); perusahaan cenderung berusaha untuk mengantisipasi kepentingan-kepentingan para stakeholders. Biasanya perusahaan memiliki departemen khusus yang berfungsi untuk mengidentifikasi isu-isu yang menjadi perhatian para pemangku kepentingan utama. Namun, perhatian mereka dan para stakeholder dipandang sebagai suatu permasalahan yang perlu dikelola, bukan dipandang sebagai suatu sumber keunggulan kompetitif.

 

4.             Hubungan yang interaktif (interactive); perusahaan menggunakan pendekatan bahwa perusahaan harus memiliki hubungan berkelanjutan yang saling menghormati, terbuka, dan saling percaya dengan para pemangku kepentingannya. Dengan demikian, perusahaan menganggap bahwa suatu hubungan yang positif dengan para pemangku kepentingan adalah sumber nilai dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.

 

Hubungan perusahaan dengan para pemangku kepentingan diharapkan bersifat interaktif. Dengan demikian, diharapkan interaksi ini dapat membantu perusahaan mempelajari ekspektasi masyarakat, memperoleh keahlian dari luar perusahaan, mengembangkan solusi kreatif, dan memenangkan dukungan pemangku kepentingan untuk menerapkan berbagai solusi tersebut.  Menurut Tunggal (2009) perlunya respon terhadap para pemangku kepentingan pada era sekarang ini dipertajam dengan meningkatnya globalisasi perusahaan dan dengan munculnya teknologi-teknologi yang mampu memfasilitasi komunikasi cepat pada skala dunia. Suatu perusahaan dapat membuat sebuah pemetaan mengenai tipe pemangku kepentingan yang sedang dihadapi dengan menempatkan dimensi potensi dan dimensi kerja sama untuk menentukan strategi untuk menghadapi para pemangku kepentingan tersebut.

 

D.  Jenis Stakeholders

1.             Orang-orang yang akan dipengaruhi oleh usaha dan dapat mempengaruhi tapi yang tidak terlibat langsung dengan melakukan pekerjaan.

 

2.             Di sektor swasta, orang-orang yang (atau mungkin) terpengaruh oleh tindakan yang diambil oleh sebuah organisasi atau kelompok. Contohnya adalah: orang tua, anak-anak, pelanggan, pemilik, karyawan, rekan, mitra, kontraktor, pemasok, orang-orang yang terkait atau terletak di dekatnya. Setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau yang dipengaruhi oleh pencapaian tujuan kelompok.

3.             Seorang individu atau kelompok yang memiliki kepentingan dalam sebuah kelompok atau kesuksesan organisasi dalam memberikan hasil yang diharapkan dan dalam menjaga kelangsungan hidup kelompok atau produk organisasi atau jasa. Stakeholder pengaruh program, produk, dan jasa.

 

4.             Setiap organisasi, badan pemerintah, atau individu yang memiliki saham di atau mungkin dipengaruhi oleh pendekatan yang diberikan kepada regulasi lingkungan, pencegahan polusi, konservasi energi.

 

5.             Seorang peserta dalam upaya mobilisasi masyarakat, yang mewakili segmen tertentu dari masyarakat. Anggota dewan sekolah, organisasi lingkungan, pejabat terpilih, kamar dagang perwakilan, anggota dewan penasehat lingkungan, dan pemimpin agama adalah contoh dari stakeholder lokal.

 

E.   Mengenali Khalayak Sasaran

Dalam menjalankan program komunikasi krisis, pertama-tama perusahaan perlu mempertimbangkan publik atau khalayak sasaran, karena itu perusahaan perlu mengenal siapa yang menjadi stakeholder. Fearn-Banks membagi stakeholder ke dalam empat kategori:

1.       Enabling stakeholder, yakni publik yang punya kekuasaan untuk memutuskan suatu persoalan. Termasuk di dalamnya antara lain Dewan Direktur, pemegang saham, komisaris perusahaan dan pemerintah.

 

  1. Functional stakeholder, yakni kelompok orang yang menjadikan sebuah organisasi dapat berputar. Termasuk di dalamnya antara lain para karyawan, konsumen, dan lain-lain.

 

  1. Normative stakeholder, yakni kelompok orang yang mempunyai kepentingan yang sama dengan perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah para anggota asosiasi atau perkumpulan perusahaan-perusahaan sejenis.

 

  1. Diffused stakeholder, yakni kelompok orang yang secara tidak langsung berhubungan dengan organisasi/perusahaan dalam suatu krisis. Yang tergolong dalam kategori ini antara lain media dan kelompok-kelompok komunitas.

 

Pada dasarnya, seluruh unsur yang terdapat dalam stakeholder internal dan eksternal perusahaan merupakan publik atau khalayak sasaran yang penting dari program komunikasi krisis perusahaan. Stakeholder kunci suatu perusahaan bervariasi tergantung dari karakter perusahaan tersebut serta krisis itu sendiri. Dengan kata lain, krisis yang berbeda akan menghasilkan stakeholder kunci yang berbeda pula.

Para praktisi PR di Amerika Serikat dan Canada cenderung berpikir bahwa krisis adalah pemberitaan negatif di media massa, sehingga menghasilkan pertimbangan bahwa organisasi pemberitaan (media) merupakan kelompok stakeholder utama. Hal inisalah besar. Kelompok stakeholder yang terkena dampak krisis butuh diprioritaskan karena pentingnya mereka terhadap masa depan perusahaan. Kecuali jika bencana tersebut mengakibatkan kerusakan properti dan atau menimbulkan korban jiwa, media pemberitaan seharusnya menjadi pertimbangan sekunder.

Rencana kelangsungan bisnis perusahaan membutuhkan strategi untuk mencapai orang-orang kunci ini dengan informasi tentang situasi krisis sebelum mereka mendengarnya melalui media ataupun orang lain. Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan kesempatan untuk menjelaskan cerita dari sisinya pertama kali. 

Kelompok stakeholder kunci yang menduduki tingkat atas dalam daftar adalah para karyawan, para investor & pemegang saham (publik internal), konsumen, pemerintah dan komunitas (publik eksternal).

 

F.   Identifikasi Stakeholder

            Pemangku kepentingan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan atas jenis dan sejauh mana kepentingan kelompok tersebut terhadap perusahaan. Hal ini penting dilakukan untuk membantu analisis perusahaan mengenai tindakan serta perhatian apa yang dibutuhkan oleh masing-masing stakeholder. Freeman (1984) mengindentifikasi perubahan yang dapat terjadi pada lingkungan perusahaan kedalam dua kategori, yakni  internal dan eksternal. Bagian dari lingkungan internal adalah:

1.             Pemilik perusahaan.

2.             Konsumen.

3.             Karyawan.

4.             Pemasok.

 

Sedangkan yang termasuk bagian dari lingkungan eksternal terdiri atas:

1.             Pemerintah.

2.             Kompetitor.

3.             Advokasi konsumen.

4.             Pemerhati lingkungan

5.             Special Interest Group (SIG).

6.             Media.

 

Menurut Freeman (1984) kemudian menyajikan model hubungan dari kategori stakeholder dalam bentuk gambar sebagai berikut:

 

Pengelompokan yang dikembangkan oleh Lawrence dan Weber, mengategorikan stakeholder menjadi dua kelompok, yaitu:

1.             Pemangku kepentingan pasar, Pemangku kepentingan pasar adalah pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi ekonomik dengan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan tujuan utama perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat. Pemangku kepentingan pasar seringkali juga disebut pemangku kepentingan primer (primary stakeholder). Kelompok-kelompok pemangku kepentingan yang ditetapkan sebagai pemangku kepentingan pasar meliputi: pemegang saham, kreditur, pemasok, pelanggan, karyawan, dan distributor atau pedagang besar atau pengecer.

 

2.             Pemangku kepentingan non-pasar adalah orang-orang atau kelompok-kelompok yang walaupun tidak terlibat dalam pertukaran ekonomik langsung dengan perusahaan, dipengaruhi oleh atau dapat memengaruhi tindakan perusahaan. Pemangku kepentingan non-pasar seringkali juga disebut pemangku kepentingan sekunder (secondary stakeholder). Kelompok-kelompok pemangku kepentingan yang dikategorikan sebagai pemangku kepentingan non-pasar, meliputi. komunitas, berbagai level pemerintahan, kelompok-kelompok aktivis, organisasi non-pemerintah, media, kelompok pendukung bisnis, dan masyarakat umum.

 

Beberapa individu atau kelompok dapat memainkan multi peran sebagai pemangku kepentingan. Para ahli menyebut fenomena ini sebagai role sets. Misalnya, seorang dapat bekerja pada suatu perusahaan, dan sekaligus juga tinggal dalam komunitas di sekitar perusahaan, memiliki saham perusahaan dalam akun pensiunnya, dan bahkan membeli produk yang dihasilkan perusahaan tersebut dari waktu ke waktu. Individu ini mempunyai beberapa peran pemangku kepentingan perusahaan (Warsono dkk, 2009).

 

Pola saling ketergantungan ini terjadi atas dasar adanya kepentingan (interest) dan kekuasaaan (power), sebagai berikut:

1.             Kepentingan dari setiap pemangku kepentingan berbeda-beda.

2.             Kekuatan kekuasaan dari setiap pemangku kepentingan juga berbeda-beda. Artinya kekuasaan tidak dapat berpusat hanya pada satu Stakeholder saja melainkan kepada masing-masing Stakeholder.

3.             Terjadi perubahan signifikan dalam kepentingan dan kekuasaan Stakeholder dari waktu ke waktu.

 

CONVERSATION

2 komentar: